Friday, December 30, 2011

Lintas Batas Bandoeng dalam gambar

Bandoeng, begitu disebut nama itu barangkali seribu orang memiliki seribu persepsi mengenai kota itu. Namun, yang pasti tidak ada yang meragukan lagi Bandung sebagai kota berbagai predikat. Mulai dari kota wisata dengan berbagai obyek wisata menarik, mulai dari wisata sejarah, wisata kuliner, wisata belanja, serta berbagai jenis wisata lain. Sebagai kota pendidikanpun, Bandung tidak kalah dengan kota Jogja yang kesohor sebagai kota pendidikan. Apabila Jogja memiliki Universitas Gadjah Mada yang monumental, maka Bandung memiliki Institut Teknologi Bandung yang kesohor. Belum lagi beberapa universitas negeri lainnya seperti Universitas Pendidikan Indonesia (dahulu IKIP Bandung) dan Universitas Islam Negeri Bandung. Belum lagi berbagai universitas kedinasan lain serta lembaga-lembaga pendidikan formal maupun informal.

Kampus Institut Teknologi Bandung dengan bangunan khasnya.



Sebagai kota wisata sejarah, banyak sekali obyek-obyek wisata sejarah. Gedung-gedung megah dari masa lalu turut membesarkan naman Bandung sebagai salah satu kota perjuangan di Republik kita tercinta ini. Gedung Merdeka di jalan Asia Afrika beserta hotel Savoy Homann paling tidak telah menjadi saksi bisu inisiatif Indonesia dalam blantika internasional.  Begitu pula Gedung Sate dengan arsitektur kolonial yang kental dimana pada jaman dahulu para pejuang Republik ini terbunuh untuk memperjuangkan  kemerdekaan RI. Di wilayah Dipatiukur, terhampar boulevard yang luas dimana ada poros Gedung Sate-Lapangan Gasibu-Monumen rakyat Jawa Barat. Nampaknya wilayah ini menjadi salah satu pusat keramaian di kota Bandung. Oh ya, monumen Rakyat Jawa Barat atau Monumen Ukur terdapat pada sisi ujung utara dari poros ini. Pada hari Minggu, lapangan Gasibu dan wilayah Boulevard depan Telkom beserta wilayah sekitar gedung sate menjadi pasar tiban rakyat dimana banyak pedagang dan pembeli melakukan transaksi.


Gedung Merdeka Bandung

Gedung Sate : Pusat pemerintahan Propinsi Jawa Barat

Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat
Sebagai kota kuliner, saya ama istri mencoba beberapa kuliner terkenal aseli Bandung semacam Batagor dan Siomay Bandung Kingsley, Nasi Timbel Ciliwung, namun waktu satu hari keliling kota Bandung untuk mencicipi kuliner tidaklah cukup. Seharusnya satu minggu di Bandung khusus mencicipi kuliner khas Bandung.

Batagor dan Siomay "Kingsley" Bandung          
Nasi Timbel Ciliwung


Rujak Duren

Perjalanan dilanjutkan ke sisi selatan Bandung, yaitu perjalanan ke Situ Patenggang dan Kawah Putih Bandung. Nuansa wisata alam lebih mewarnai wilayah ini. Perjalanan yang melelahkan namun "worth it". Perjalanan dari Bandung Kota ke sebelah selatan Bandung enak dilakukan dengan sepeda motor. Dengan begitu bau pegunungan dapat dirasakan. Perjalanan dilakukan melalui Soreang, kemudian ke Ciwidey. Setelah melewati Ciwidey, perjalanan dilanjutkan sampai memasuki wilayah Kawah Putih. Namun kami belum mampir ke Kawah Putih, namun ke Situ Patenggang dahulu melalui perkebunan teh yang indah dan mempesona. Di kanan kiri dapat kami lihat hamparan kebun teh dan perumahan pemetik teh. 

Perkebunan teh Rancabali, Bandung


Para petani sayuran menjual hasil bumi ke pasar Kecamatan

On the way to batu Cinta di Situ Patenggang
Sepulang dari Situ Patenggang, perjalanan dilanjutkan ke Kawah Putih. Perjalanan kali ini melewati medan berat, karena jalan menanjak sejak masuk gerbang sampai masuk ke bibir kawah. Kendaraan kami parkir di dekat kawah.
Jalan Masuk Wisata Kawah Putih, Ciwidey, Bandung

Kawah Putih nan eksotis
 Sepulang dari Kawah Putih, perut ini keroncongan dan kedinginan. Akhirnya mampir ke sebuah rumah makan Sunda di kaki gunung Pathua. Menunya sore itu (makan siang di sore hari), daging sapi gepuk, sambel leuncak, lalapan dan nasi sebakul berdua. HHHHmmmmmmm, Parahyangan bangeut gitu loh.

Makan siang menjelang sore di kaki gunung Patuha dengan daging gepuk, nasi bakul dan lalap. hhhhhmmmmmmm khas Sunda boooo'

Pagi harinya giliran Bandung Utara yang menjadi sasaran perjalanan kami. Lembang-Tangkuban Perahu-Lembang and back to Bandung Kota. Yeeeesssss, mantap neh jalan-jalan ke Lembang, berhenti sebentar kudapan ketan bakar dan bandrek-susu. Mak nyuuuus kata Bondan Winarno. Perjalanan dilanjutkan ke Tangkuban Perahu. Obyek wisata ini berada di wilayah Subang namun dianggap berada di wilayah Bandung.





Tangkuban Perahu yang melegenda



Capek keliling keliling Tangkuban Perahu, nikmatin sate kelinci ala Lembang....hhhhmmmmmmm. Lembang banget gitu looh

 

Saturday, November 26, 2011

Angkring : dari buaian sampai Bogor

Angkringan merupakan tempat kongkow yang paling asyik di Jogja. Meski angkringan ini muncul lebih duluan di Surakarta, namun dewasa ini lebih dikenal sebagai "milik orang Jogja". Di Surakarta, angkringan ini disebut sebagai wedangan dan di wilayah karesidenan Surakarta lainnya disebut sebagai warung "hik". 



Angkring "Pur" di wilayah Jogja Utara.


Format warungnya sederhana, namun banyak sekali pengunjungnya, terutama di malam hari ketika orang sedang mencari tempat kongkow. Di daerah Jogja, angkringan banyak dikunjungi oleh orang dari berbagai kalangan, mulai dari tukang becak sampai dengan pejabat. Angkringan sebelah utara Tugu, konon pernah menjadi tempat kongkow walikota Jogja. Lain angkringan utara setasiun Tugu, angkring Slamet yang terletak di wilayah dekat pasar ikan Umbulharjo lebih banyak didatangi oleh para pecinta budaya. Boleh dikatakan bahwa setiap angkringan di Jogja memiliki karakteristik khusus dan pelanggan setia sehingga boleh dikatakan angkringan ini merupakan bisnis yang menguntungkan apabila memiliki jaringan yang kuat.

Suguhan angkring Slamet di daerah Jogja Selatan, dekat pasar ikan Umbulharjo

Pak Slamet dengan angkringannya

Di beberapa kota di wilayah Jawa Barat, sudah mulai muncul angkringan Jogja. Beberapa angkringan tersebut membawa nama "Angkringan Jogja" maupun "warung Wedangan khas Solo". Berdasarkan wawancara dengan beberapa pedagang angkringan di Bogor, hampir semuanya mengatakan bahwa "penikmat" angkringan adalah orang-orang Jawa Tengah dan DIY yang sebelumnya memiliki pengalaman menikmati angkringan di daerah asalnya (terutama Jogja-Solo). Sehingga ada kemungkinan angkringan tidak lain dan tidak bukan adalah menjual suasana. Namun, beberapa angkringan di Bogor yang masakan dan minuman kurang enak daripada yang lain kehilangan konsumen. Ada sebuah angkringan yang teh hangatnya tidak dibuat dengan "teh dekhokan" atau teh seduhan dari teh tradisional, namun menggunakan teh celup. Rasa juga menjadi salah satu faktor yang menentukan selain suasana.

Angkringan "Mas Bro" di daerah Taman Yasmin Bogor

Tikar angkringan "Mas Bro"

Friday, October 21, 2011

Tiada yang berubah, sama saja....


Alhamdulillah, setelah kurang kebih satu bulan jalan-jalan ke beberapa kota/kabupaten “tapal batas” alias pelosok negeri, akhirnya aku bisa minum kopi Sidikalang Aceh yang terkenal maknyus itu. Dalam kondisi nyantai setelah jalan-jalan, biasanya kita mendapatkan ide-ide dan hikmah-hikmah yang bermanfaat. Paling tidak kebermanfaatan itu akan berguna bagi diri kita dalam menjalani kehidupan ini.

Secara spiritual, aku seakan-akan mendengarkan suara alam, “Allah menciptakan bumi ini sesuai dengan kadarnya, dan Allah memberi rejeki juga dengan kadarnya sendiri-sendiri”. Ia memberikan kaum/bangsa tertentu dengan sebuah anugrah, namun juga memberikan anugrah dalam bentuk lain kepada kaum/bangsa lainnya. Allah memberikan anugrah kepada negeri-negeri di wilayah Indonesia dengan kekayaan alam yang berlimpah lengkap dengan iklim yang cocok untuk bertani dan berkebun, kandungan mineral serta kekayaan plasma nutfah yang beragam.  Begitupun Allah menganugrahi sebagian wilayah Timur Tengah dengan kekayaan kandungan minyak bumi yang tinggi. Pun, Allah menganugerahi beberapa wilayah eks-Uni Soviyet dengan kandungan uranium yang tinggi. Allah meninggikan suatu kaum dibandingkan kaum yang lain dari satu sisi, namun juga memberikan jalan keluar bagi yang lain. Namun, diatas semua itu, kesemuanya diatur oleh Allah dalam ketentuan-ketentuannya dan manusia diberi mandat untuk mengelola kekayaan-kekayaan alam dengan kapasitas yang sudah diberikan kepada manusia.

Replika kapal VOC. Hasil dari eksplorasi samudra yang kelak kemudian hari digunakan sebagai sarana eksploitasi kekayaan Nusantara dengan segala cara (termasuk memecah belah...salahnya ya bangsa kita mau dipecah belah)

Berdasarkan sejarah, kekayaan-kekayaan alam yang langka dan memberikan nilai tambah yang tinggi menjadi sumber dari pertikaian dan penjajahan. Indonesia beserta negeri-negeri tropis pada era imperialisme tradisional Barat menjadi sasaran penjajahan dan perebutan kekuasaan untuk menguasai sumber-sumber bagi kehidupan manusia. Komoditas-komoditas pertanian, perkebunan dan kehutanan Indonesia sangat dibutuhkan oleh negeri-negeri yang kurang beruntung. Bangsa Eropa yang belum lama terlepas dari era kegelapan (the dark age) dan terinspirasi oleh kemajuan bangsa-bangsa Timur Tengah di awal 1500-an dalam hal science dan technology akhirnya berlomba-lomba untuk mengarungi lautan untuk mendapatkan sumber komoditas-komoditas yang sangat mereka perlukan. Akhirnya merekapun berhasil menguasai ilmu perkapalan dan maritim, sehingga pada akhirnya bisa mencapai sumber-sumber komoditas. Karena vitalnya komoditas-komoditas tersebut bagi kehidupan mereka, akhirnya mereka melakukan berbagai cara untuk menguasai. Mereka melakukan divide et empera, hanya untuk suatu tujuan, yaitu menguasai sumber-sumber komoditas. 

Minyak bumi. Dengan segala cara, perebutan sumber minyak bumi dilakukan

Di era sekarang, negara-negara juga memperebutkan sumber-sumber kekayaan alam yang dianggap vital. Sumber-sumber alam semisal minyak bumi menjadi sumber pertikaian. Negara-negara maju menggunakan segala cara agar dapat menguasai minyak bumi tersebut. Hal ini disebabkan karena vitalnya minyak bumi bagi berderitnya roda industri dan ekonomi. Dapat kita katakan, bahwa pengelolaan sumber-sumber kekayaan alam menjadi sumber pertikaian dan perbedaan. Pengelolaan yang amanah dengan meninggalkan ego telah ditinggalkan karena nafsu angkara murka sebagai panglima. Singkatnya, pengelolaan sumber daya alam dalam sejarah manusia telah mengakibatkan berbagai ketimpangan. Dalam tingkat yang ekstrim, dapat kita lihat pada contoh ekstrim di atas. Dalam tingkat yang lebih rendah barangkali dapat kita lihat pada pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki masing-masing daerah di Indonesia.

Saturday, October 1, 2011

Subulussalam : tapal batas Nangroe Aceh Darusalam

Subulussalam adalah sebuah kota kecil di perbatasan Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2007 berdasarkan Undang-Undang Nomer 8 Tahun 2007. 


Lambang kota Subulussalam
Jalan utama kota


Perjalanan

Kegiatan ekonomi rakyat






Peningkatan nilai tambah hasil perkebunan





Kuliner 









Kopi Atjeh

Wednesday, November 24, 2010

Menghijaukan kembali keserakahan Kapitalisme ?


Sekedar berteriak "Green !!!!" tanpa memahami substansi dari "green", tidak akan membawa anda kemana-mana. Justru, "green" hanyalah menjadi fad bagi anda. Terutama apabila dalam otak anda masih bercokol ideologi "pemburu rente".

Landscape perekonomian dunia berubah paska "penjelajahan samudra" yang terkenal itu. Sejak penjelajahan dunia dan ditemukannya sumber-sumber kekayaan di seluruh dunia atas nama "Gold, Glory, Gospel" ala Bangsa Barat tersebut, maka modal terkumpul di belahan bumi Eropa. 

Bangsa Eropa yang kala itu berada dalam era kegelapan, akhirnya melek. Dikuasainya konstantinopel oleh Turki Utsmani menyebabkan pasokan kebutuhan komoditas yang dibutuhkan Eropa terhenti. Supply chain yang terganggu oleh peristiwa politis itu mengakibatkan harga-harga membumbung tinggi. Oleh karena itu bangsa Eropa berusaha untuk menemukan sumber-sumber dari komoditas tersebut. Diawali oleh Portugis dan Spanyol yang dikala itu muncul sebagai kekuatan utama di Eropa melakukan perjalanan laut yang kemudian dikenal dengan penjelajahan samudra. Pada awalnya, Portugis dan Spanyol hanya semata menginginkan penemuan jalur laut, karena perdagangan melalui jalur darat sudah tertutup sedemikian rupa. Akhirnya, Spanyol secara tidak sengaja “menemukan Dunia Baru” yang kemudian dikenal dengan “Columbus menemukan benua Amerika”. Sedangkan disisi lain, Portugis menemukan jalur laut melalui Cape Hope di Afrika dan kemudian menemukan wilayah-wilayah lain seperti bagian selatan India, bagian timur Cina, dan kemudian Ternate-Tidore. Sedangkan penjelajahan Spanyol ke Barat dilanjutkan oleh Ferdinand Magelhaens yang kemudian menemukan daerah Filipina.

Era Spanyol-Portugis berakhir tatkala penjelajah-penjelajah Eropa dari kerajaan lain melakukan penjelajahan samudra mengikuti jejak ke Timur. Pada era ini, penjelajahan samudra bukan sekedar eksplorasi, namun melakukan eksploitasi hubungan dagang. Pada era ini, dua kekuatan baru muncul, yaitu Belanda dan Inggris. Apabila era Portugis-Spanyol, penjelajahan samudra dilakukan “at the expense of kingom”, pada era selanjutnya, eksploitasi dilakukan oleh perusahaan dagang berbendera Belanda Vereenigde Oost-Indische Compagnie dan Geoctroyeerde Westindische Compagnie serta perusahaan dagang berbendera Inggris, yaitu East India Company.
Boleh dikatakan, era 1600 merupakan era emas bagi perekonomian negeri Belanda dan Inggris. Namun, pada tahap selanjutnya, kondisi VOC mengalami penurunan karena masalah internal perusahaan sehingga kekayaan VOC dinasionalisasi negeri Belanda. Kondisi negeri Belanda pada saat itu sedang mengalami resesi, karena perang berkecamuk di wilayah ini. Hal ini mengakibatkan perekonomian berada pada ambang kehancuran. Perekonomian negeri kincir angin ini ambruk setelah sekian waktu mengalami kejayaan. Keadaan itu terjadi karena Belanda mendapat hantaman dari datangnya era industrialisasi sehingga harus menata kembali sistem ekonomi, sosial, dan politiknya. Dalam hal inilah Belanda kedodoran dibandingkan dengan negara-negara tetangganya, seperti Inggris dan Jerman.

Dalam situasi demikian, Belanda mulai melirik Indonesia (Jawa) dan ingin menarik sebanyak mungkin keuntungan dari wilayah jajahannya yang kaya itu (meer profijt uit te trekken). Jawa dapat disulap menjadi sumber yang kaya dengan produk- produk pertanian yang jika dijual di dunia akan memberikan keuntungan besar bagi kas negeri Belanda yang hampir kosong. Maka, diterapkan sistem kultuurstelsel (1829) di bawah Gubernur Van den Bosch. Ini adalah suatu bentuk pertanian yang diselenggarakan pemerintah (gouvermementslandbouw), di mana pemerintah mewajibkan dan memaksa para petani di Jawa untuk menanam tanaman tropis yang laku keras di pasar internasional. 

Petani di Jawa, yang secara tradisional hanya bertanam padi, dipaksa menanam tanaman seperti kopi, gula, dan indigo. Perubahan yang dipaksakan itu kelak menimbulkan akibat serius, seperti terjadinya kelaparan di kalangan petani. 

Dalam keadaan kepepet itu, kekuasaan negara menggandeng bisnis dan eksploitasi. Bagaimana nasib bangsa yang dieksploitasi itu tidak penting sebab yang lebih penting adalah negeri Belanda jangan bangkrut. Sistem tanam paksa itu berlangsung sukses dan uang pun mulai mengalir deras ke kas Belanda. Belanda menjadi amat bergantung pada sistem tanam paksa atau eksploitasi kekayaan Indonesia. Sistem kultuurstelsel menjadi satu-satunya sistem andalan yang menyelamatkan Belanda dari kebangkrutan. Pada saat itu terkenal tamsil, Jawa adalah gabus di atasnya Belanda mengapung (waardoor Java blijven kan de kurk waarop Nederland drijft).

Jadi, apabila Inggris mengalami revolusi industri dan semakin menjadi kekuatan ekonomi di Eropa, negeri Belanda mengalami keterpurukan. Namun, keberhasilan Inggris maupun Belanda, tidak bisa dilepaskan dari akumulasi modal. Dan, akumulasi modal pada fase inilah kemudian menjadi modal bagi transformasi imperialisme dari imperialisme negara-bangsa menjadi imperialisme korporasi. (berlanjut...)

Thursday, August 6, 2009

Seputar Ekonomi Kreatif

Ekonomi Kreatif bagi orang yang belum mengenal akan dianggap sebagai salah satu sistem ekonomi sebagaimana Ekonomi Islam, Ekonomi Kapitalis, Ekonomi Sosial, Ekonomi Kerakyatan serta terminologi tingkat tinggi yang membutuhkan para begawan untuk menerangkannya. Namun apabila kita kaji secara seksama, sebenarnya ekonomi kreatif itu sangat simple dan merakyat, lebih merakyat dari konsep Ekonomi Kerakyatan itu sendiri yang selama ini didengung-dengungkan oleh para begawan. Guru kerajinan SMP saya dulu barangkali bisa dikatakan sebagai penggerak Ekonomi Kreatif ketika mengajarkan kerajinan menganyam, pun ketika saya disuruh menyanyi di kelas dulu juga salah satu bentuk inisiatif ekonomi kreatif. Seorang temen saya yang beberapa waktu lalu mendapatkan order kaos dari salah satu partai politik menjelang pemilu juga merupakan Ekonomi Kreatif ketika membuat kaos partai yang di belakangnya terdapat gagasan partai tentang kerakyatan. Apakah sebenarnya ekonomi kreatif itu ? Apakah gagasan lama dengan label baru, ataukah benar-benar baru ? Sebuah pepatah mengatakan, "Nothing new under the same sun".


Istilah Ekonomi Kreatif pertama kali didengungkan oleh John Howkins, orang Inggris yang menulis buku "Creative Economy, How People Make Money from Ideas". Singkatnya, ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan output-nya adalah Gagasan. Robert Lucas, pemenang Nobel di bidang ekonomi, mengatakan bahwa kekuatan yang menggerakkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota atau daerah dapat dilihat dari tingkat produktivitas klaster orang orang bertalenta dan orang-orang kreatif atau manusia-manusia yang mengandalkan kemampuan ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya.


Menurut Departemen Perdagangan RI ada 14 subsektor yang dapat dikategorikan sebagai ekonomi kreatif di Indonesia. Adapun ke empatbelas sektor (diambil dari http://ekonomi-kreatif.blogspot.com/2008/11/14-sub-sektor-industri-kreatif.html) tersebut adalah :


Periklanan (advertising): kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu). Meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik. Selain itu, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan

Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan secara menyeluruh baik dari level makro (town planning, urban design, landscape architecture) sampai level mikro (detail konstruksi). Misalnya arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, konsultasi kegiatan teknik dan rekayasa seperti bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan elektrikal.

Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, meliputi barang-barang musik, percetakan, kerajinan, automobile, dan film.

Kerajinan (craft): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai proses penyelesaian produknya. Antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, perselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).

Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

Fesyen (fashion): kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen,serta distribusi produk fesyen.

Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

Permainan Interaktif (game): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

Seni Pertunjukan (showbiz): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan. Misalnya, (pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

Layanan Komputer dan Piranti Lunak (software): kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.

Televisi & Radio (broadcasting): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

Riset dan Pengembangan (R&D): kegiatan kreatif terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi serta penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.


Saat ini, kota yang melakukan branding sebagai kota ekonomi kreatif adalah Bandung. Melihat potensi industri kreatif Bandung yang menjanjikan, British Council menunjuk Kota Bandung sebagai salah satu kota kreatif di wilayah Asia Pasifik. Bagaimakah kota lain di Indonesia ?


Ekonomi kreatif sebenarnya sudah sejak lama dilakoni oleh rakyat di banyak negara, tetapi masih banyak yang belum tersentuh dan dikelola secara baik oleh pemerintah, terkesan termarjinalkan. Bahkan sebenarnya produk-produk kerajinan rakyat, seni pertunjukan budaya, serta kekayaan khazanah budaya apabila dikelola dengan baik sebenarnya merupakan ekonomi kreatif.


Berdasarkan kajian dari Departemen Perdagangan yang menghasilkan 14 subsektor yang dapat dikembangkan menjadi ekonomi kreatif, paling tidak dapat kita simpulkan bahwa aset intelektual bangsa Indonesia tidak dapat diremehkan, sehingga potensi ekonomi kreatif Indonesia sangatlah besar. Namun, apakah kita bisa melihat potensi itu, karena ekonomi kreatif tidak lain "hanyalah" memberdayakan intelektualitas sehingga terciptalah gagasan-gagasan baru. Cukupkah kita menghargai gagasan-gagasan anak bangsa sendiri dan "cukup PD" dengan potensi-potensi yang kita miliki ? Hanya waktu yang dapat membuktikan. MAD.

Dunia Pesan Trend : dunia digital dan e-commerce pedesaan

E-commerce, sebuah istilah yang barangkali asing bagi telinga nenekku dua puluh tahun silam. Beliau barangkali ngga akan ngeh apabila mendengar istilah e-commerce. Betapa tidak, dua puluh tahun silam, aku sering menemani nenekku yang sangat sederhana jualan salak pondoh di pasar Turi. Kecamatan di lereng gunung Merapi yang tergolong subur itu terkenal dengan produk salah pondoh-nya. Suatu produk yang sekarang ini sudah mulai banyak ditanam di tempat lain, bahkan konon katanya, hasil perkawinan silang dari tanaman ini sudah ada yang mematenkan di Jerman. Internet dan E-Commerce, suatu fenomena yang barangkali sudah tidak asing lagi saat ini, namun suatu fenomena yang heboh apabila dikatakan dua puluh tahun silam.



Dua puluh tahun lalu, nenekku menggendong tenggok, membawa salak pondoh dari rumahnya yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dari rumahnya. Sore hari sebelumnya, kakek memanen buah salak yang sudah matang dan dibawa pulang untuk dijual nenek ke pasar pagi harinya. Suasana pasar sedemikian ramai. Ada yang berjualan mainan anak-anak, makanan, perkakas dan peralatan, serta berbagai kebutuhan pedesaan sehari-hari. Aku seneng sekali ketika pulang, nenek membelikanku jajanan pasar. Suasana ini berlangsung seminggu dua kali, yaitu pada pasaran Pon dan Legi. Di pedesaan, hari pasaran sudah terjadwal sebagai sebuah konsensus di masyarakat, biasanya dua hari pasaran dari lima pasaran yang ada (Paing, Pon, Wage, Kliwon dan Legi). Demikianlah ritme sederhana kehidupan pedesaan, dengan suatu siklus yang dapat diperkirakan. Ritme kehidupan sangat dipengaruhi oleh alam dan manusia menyesuaikan dengan kondisi alam. Konvensi-konvensi kehidupan di masyarakat-pun disesuaikan dengan kondisi alamnya. Denyut nadi perekonomian berpusat pada keberadaan pasar yang menjadi pertemuan supply and demand. Keberadaan pasar sangat dipengaruhi siklus ruang-waktu dimana petani menanam, memelihara, memanen, dan menjual produk sebagai sarana untuk hidup. Pasar tradisional telah menjadi urat nadi perekonomian pedesaan di kala itu. Mereka yang tinggal di pedesaan maupun perkotaan pada waktu itu sekalipun akan heran apabila diberitahukan fenomena e-commerce. Dengan e-commerce, pasar menjadi sedemikian virtual sehingga pembeli dan penjual tidak berada di tempat yang sama secara physical.



Bagaimana dengan pedesaan dan e-commerce sekarang ini ? Di India dan Bangladesh, telah dilaksanakan desa digital untuk membawa internet memenrangi kemiskinan di negaranya. Desa digital merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan dan penyejahteraan masyarakat pedesaan di kedua negara tersebut (Sumber : http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0409/16/telkom/1271917.htm).



Bagaimana dengan di Indoenesia ? Jumlah penduduk pedesaan di Indonesia yang besar mestinya merupakan pasar yang harus digarap sekaligus menyejahterakan kehidupan mereka. Karena tak mampu memasarkan hasil pertanian, petani tidak mendapatkan hasil optimal. Atau dalam proses penanaman benih-benih tanaman, karena kekurangtahuannya, ketika panen petani mendapat hasil yang tidak sesuai dengan permintaan pasar.



Demikian pula nelayan yang memerlukan informasi cuaca akurat untuk mendapatkan hasil melaut yang optimal, walaupun mereka mempunyai cara-cara tradisi untuk mengetahui cuaca. Pada era polusi tinggi semacam ini, ramalan cuaca dengan cara tradisi makin kurang akurat. Belum lagi kaum perajin yang memerlukan informasi tentang tuntutan pasar.

Dengan model bisnis yang tepat dua tujuan bisa dicapai, yaitu mengentaskan kemiskinan sambil memperoleh profit yang memadai. Dan, model ini sudah berjalan di negara lain, seperti di India atau Bangladesh. Aplikasi yang ditawarkan ke masyarakat pedesaan bisa bermacam-macam (http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0409/16/telkom/1271917.htm), seperti:



1. Pencarian informasi lewat browsing, misalnya data harga-harga benih tanaman, harga-harga pasar hasil pertanian, pupuk, ramalan cuaca, dan lain-lain.



2. Korespondensi melalui e-mail atau chat untuk keluarga tenaga kerja Indonesia, termasuk pengiriman pesan lewat internet



3. E-commerce untuk pertanian, perikanan, hasil kerajinan, dan berbagai produksi masyarakat pedesaan.



4. Program peningkatan kesehatan, pendidikan atau perbankan dalam bentuk "jarak jauh"/distance, dan lain-lain.



Saat ini, internet di pedesaan dipandang sebagai sesuatu hal yang mendatangkan kemudharatan, yaitu pornografi, gaya hidup kebarat-baratan, dan pola hidup konsumerisme. Hal ini barangkali disebabkan karena dunia maya merupakan dunia yang tak terbatas. Informasi yang diserap masyarakat pedesaan hanya yang bersifat negatif, hedonistik, dan seabreg label "kurang mengenakkan".


Pengembangan e-commerce di pedesaan yang bisa meningkatkan kesejahteraan di krisis ekonomi dan kehidupan yang serba susah ini, barangkali bisa merubah pandangan itu. Ibarat sebuah pepatah, "If you can't fight 'em, join 'em", kalau memang internet sudah mulai masuk pedesaan, daripada ditentang mendingan dimanfaatkan untuk sesuatu yang berguna. Namun demikian, dampak sosial serta pola kehidupan yang berubah dari pemanfaatan teknologi informasi terhadap indigenous knowledge dan local wisdom yang telah mengakar beserta interaksinya dengan dunia luar perlu dikaji secara kontinyu karena perubahan yang sedemikian cepat akan memberikan titik-titik balik yang sedemikian cepat pula pada masyarakat.