Alhamdulillah,
setelah kurang kebih satu bulan jalan-jalan ke beberapa kota/kabupaten “tapal
batas” alias pelosok negeri, akhirnya aku bisa minum kopi Sidikalang Aceh yang
terkenal maknyus itu. Dalam kondisi nyantai setelah jalan-jalan, biasanya kita
mendapatkan ide-ide dan hikmah-hikmah yang bermanfaat. Paling tidak
kebermanfaatan itu akan berguna bagi diri kita dalam menjalani kehidupan ini.
Secara
spiritual, aku seakan-akan mendengarkan suara alam, “Allah menciptakan bumi ini
sesuai dengan kadarnya, dan Allah memberi rejeki juga dengan kadarnya
sendiri-sendiri”. Ia memberikan kaum/bangsa tertentu dengan sebuah anugrah,
namun juga memberikan anugrah dalam bentuk lain kepada kaum/bangsa lainnya.
Allah memberikan anugrah kepada negeri-negeri di wilayah Indonesia dengan
kekayaan alam yang berlimpah lengkap dengan iklim yang cocok untuk bertani dan
berkebun, kandungan mineral serta kekayaan plasma nutfah yang beragam. Begitupun Allah menganugrahi sebagian wilayah
Timur Tengah dengan kekayaan kandungan minyak bumi yang tinggi. Pun, Allah
menganugerahi beberapa wilayah eks-Uni Soviyet dengan kandungan uranium yang
tinggi. Allah meninggikan suatu kaum dibandingkan kaum yang lain dari satu
sisi, namun juga memberikan jalan keluar bagi yang lain. Namun, diatas semua
itu, kesemuanya diatur oleh Allah dalam ketentuan-ketentuannya dan manusia
diberi mandat untuk mengelola kekayaan-kekayaan alam dengan kapasitas yang
sudah diberikan kepada manusia.
Berdasarkan
sejarah, kekayaan-kekayaan alam yang langka dan memberikan nilai tambah yang
tinggi menjadi sumber dari pertikaian dan penjajahan. Indonesia beserta
negeri-negeri tropis pada era imperialisme tradisional Barat menjadi sasaran
penjajahan dan perebutan kekuasaan untuk menguasai sumber-sumber bagi kehidupan
manusia. Komoditas-komoditas pertanian, perkebunan dan kehutanan Indonesia
sangat dibutuhkan oleh negeri-negeri yang kurang beruntung. Bangsa Eropa yang
belum lama terlepas dari era kegelapan (the dark age) dan terinspirasi oleh
kemajuan bangsa-bangsa Timur Tengah di awal 1500-an dalam hal science dan
technology akhirnya berlomba-lomba untuk mengarungi lautan untuk mendapatkan
sumber komoditas-komoditas yang sangat mereka perlukan. Akhirnya merekapun
berhasil menguasai ilmu perkapalan dan maritim, sehingga pada akhirnya bisa
mencapai sumber-sumber komoditas. Karena vitalnya komoditas-komoditas tersebut
bagi kehidupan mereka, akhirnya mereka melakukan berbagai cara untuk menguasai.
Mereka melakukan divide et empera, hanya untuk suatu tujuan, yaitu menguasai
sumber-sumber komoditas.
Minyak bumi. Dengan segala cara, perebutan sumber minyak bumi dilakukan |
Di era sekarang, negara-negara juga memperebutkan
sumber-sumber kekayaan alam yang dianggap vital. Sumber-sumber alam semisal
minyak bumi menjadi sumber pertikaian. Negara-negara maju menggunakan segala
cara agar dapat menguasai minyak bumi tersebut. Hal ini disebabkan karena
vitalnya minyak bumi bagi berderitnya roda industri dan ekonomi. Dapat kita
katakan, bahwa pengelolaan sumber-sumber kekayaan alam menjadi sumber
pertikaian dan perbedaan. Pengelolaan yang amanah dengan meninggalkan ego telah
ditinggalkan karena nafsu angkara murka sebagai panglima. Singkatnya,
pengelolaan sumber daya alam dalam sejarah manusia telah mengakibatkan berbagai
ketimpangan. Dalam tingkat yang ekstrim, dapat kita lihat pada contoh ekstrim
di atas. Dalam tingkat yang lebih rendah barangkali dapat kita lihat pada
pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki masing-masing daerah di Indonesia.
No comments:
Post a Comment