Friday, October 21, 2011

Tiada yang berubah, sama saja....


Alhamdulillah, setelah kurang kebih satu bulan jalan-jalan ke beberapa kota/kabupaten “tapal batas” alias pelosok negeri, akhirnya aku bisa minum kopi Sidikalang Aceh yang terkenal maknyus itu. Dalam kondisi nyantai setelah jalan-jalan, biasanya kita mendapatkan ide-ide dan hikmah-hikmah yang bermanfaat. Paling tidak kebermanfaatan itu akan berguna bagi diri kita dalam menjalani kehidupan ini.

Secara spiritual, aku seakan-akan mendengarkan suara alam, “Allah menciptakan bumi ini sesuai dengan kadarnya, dan Allah memberi rejeki juga dengan kadarnya sendiri-sendiri”. Ia memberikan kaum/bangsa tertentu dengan sebuah anugrah, namun juga memberikan anugrah dalam bentuk lain kepada kaum/bangsa lainnya. Allah memberikan anugrah kepada negeri-negeri di wilayah Indonesia dengan kekayaan alam yang berlimpah lengkap dengan iklim yang cocok untuk bertani dan berkebun, kandungan mineral serta kekayaan plasma nutfah yang beragam.  Begitupun Allah menganugrahi sebagian wilayah Timur Tengah dengan kekayaan kandungan minyak bumi yang tinggi. Pun, Allah menganugerahi beberapa wilayah eks-Uni Soviyet dengan kandungan uranium yang tinggi. Allah meninggikan suatu kaum dibandingkan kaum yang lain dari satu sisi, namun juga memberikan jalan keluar bagi yang lain. Namun, diatas semua itu, kesemuanya diatur oleh Allah dalam ketentuan-ketentuannya dan manusia diberi mandat untuk mengelola kekayaan-kekayaan alam dengan kapasitas yang sudah diberikan kepada manusia.

Replika kapal VOC. Hasil dari eksplorasi samudra yang kelak kemudian hari digunakan sebagai sarana eksploitasi kekayaan Nusantara dengan segala cara (termasuk memecah belah...salahnya ya bangsa kita mau dipecah belah)

Berdasarkan sejarah, kekayaan-kekayaan alam yang langka dan memberikan nilai tambah yang tinggi menjadi sumber dari pertikaian dan penjajahan. Indonesia beserta negeri-negeri tropis pada era imperialisme tradisional Barat menjadi sasaran penjajahan dan perebutan kekuasaan untuk menguasai sumber-sumber bagi kehidupan manusia. Komoditas-komoditas pertanian, perkebunan dan kehutanan Indonesia sangat dibutuhkan oleh negeri-negeri yang kurang beruntung. Bangsa Eropa yang belum lama terlepas dari era kegelapan (the dark age) dan terinspirasi oleh kemajuan bangsa-bangsa Timur Tengah di awal 1500-an dalam hal science dan technology akhirnya berlomba-lomba untuk mengarungi lautan untuk mendapatkan sumber komoditas-komoditas yang sangat mereka perlukan. Akhirnya merekapun berhasil menguasai ilmu perkapalan dan maritim, sehingga pada akhirnya bisa mencapai sumber-sumber komoditas. Karena vitalnya komoditas-komoditas tersebut bagi kehidupan mereka, akhirnya mereka melakukan berbagai cara untuk menguasai. Mereka melakukan divide et empera, hanya untuk suatu tujuan, yaitu menguasai sumber-sumber komoditas. 

Minyak bumi. Dengan segala cara, perebutan sumber minyak bumi dilakukan

Di era sekarang, negara-negara juga memperebutkan sumber-sumber kekayaan alam yang dianggap vital. Sumber-sumber alam semisal minyak bumi menjadi sumber pertikaian. Negara-negara maju menggunakan segala cara agar dapat menguasai minyak bumi tersebut. Hal ini disebabkan karena vitalnya minyak bumi bagi berderitnya roda industri dan ekonomi. Dapat kita katakan, bahwa pengelolaan sumber-sumber kekayaan alam menjadi sumber pertikaian dan perbedaan. Pengelolaan yang amanah dengan meninggalkan ego telah ditinggalkan karena nafsu angkara murka sebagai panglima. Singkatnya, pengelolaan sumber daya alam dalam sejarah manusia telah mengakibatkan berbagai ketimpangan. Dalam tingkat yang ekstrim, dapat kita lihat pada contoh ekstrim di atas. Dalam tingkat yang lebih rendah barangkali dapat kita lihat pada pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki masing-masing daerah di Indonesia.

Saturday, October 1, 2011

Subulussalam : tapal batas Nangroe Aceh Darusalam

Subulussalam adalah sebuah kota kecil di perbatasan Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2007 berdasarkan Undang-Undang Nomer 8 Tahun 2007. 


Lambang kota Subulussalam
Jalan utama kota


Perjalanan

Kegiatan ekonomi rakyat






Peningkatan nilai tambah hasil perkebunan





Kuliner 









Kopi Atjeh