Sekedar berteriak "Green !!!!" tanpa memahami substansi dari "green", tidak akan membawa anda kemana-mana. Justru, "green" hanyalah menjadi fad bagi anda. Terutama apabila dalam otak anda masih bercokol ideologi "pemburu rente".
Landscape perekonomian dunia berubah paska "penjelajahan samudra" yang terkenal itu. Sejak penjelajahan dunia dan ditemukannya sumber-sumber kekayaan di seluruh dunia atas nama "Gold, Glory, Gospel" ala Bangsa Barat tersebut, maka modal terkumpul di belahan bumi Eropa.
Bangsa Eropa yang kala itu berada dalam era kegelapan, akhirnya melek. Dikuasainya konstantinopel oleh Turki Utsmani menyebabkan pasokan kebutuhan komoditas yang dibutuhkan Eropa terhenti. Supply chain yang terganggu oleh peristiwa politis itu mengakibatkan harga-harga membumbung tinggi. Oleh karena itu bangsa Eropa berusaha untuk menemukan sumber-sumber dari komoditas tersebut. Diawali oleh Portugis dan Spanyol yang dikala itu muncul sebagai kekuatan utama di Eropa melakukan perjalanan laut yang kemudian dikenal dengan penjelajahan samudra. Pada awalnya, Portugis dan Spanyol hanya semata menginginkan penemuan jalur laut, karena perdagangan melalui jalur darat sudah tertutup sedemikian rupa. Akhirnya, Spanyol secara tidak sengaja “menemukan Dunia Baru” yang kemudian dikenal dengan “Columbus menemukan benua Amerika”. Sedangkan disisi lain, Portugis menemukan jalur laut melalui Cape Hope di Afrika dan kemudian menemukan wilayah-wilayah lain seperti bagian selatan India, bagian timur Cina, dan kemudian Ternate-Tidore. Sedangkan penjelajahan Spanyol ke Barat dilanjutkan oleh Ferdinand Magelhaens yang kemudian menemukan daerah Filipina.
Era Spanyol-Portugis berakhir tatkala penjelajah-penjelajah Eropa dari kerajaan lain melakukan penjelajahan samudra mengikuti jejak ke Timur. Pada era ini, penjelajahan samudra bukan sekedar eksplorasi, namun melakukan eksploitasi hubungan dagang. Pada era ini, dua kekuatan baru muncul, yaitu Belanda dan Inggris. Apabila era Portugis-Spanyol, penjelajahan samudra dilakukan “at the expense of kingom”, pada era selanjutnya, eksploitasi dilakukan oleh perusahaan dagang berbendera Belanda Vereenigde Oost-Indische Compagnie dan Geoctroyeerde Westindische Compagnie serta perusahaan dagang berbendera Inggris, yaitu East India Company.
Boleh dikatakan, era 1600 merupakan era emas bagi perekonomian negeri Belanda dan Inggris. Namun, pada tahap selanjutnya, kondisi VOC mengalami penurunan karena masalah internal perusahaan sehingga kekayaan VOC dinasionalisasi negeri Belanda. Kondisi negeri Belanda pada saat itu sedang mengalami resesi, karena perang berkecamuk di wilayah ini. Hal ini mengakibatkan perekonomian berada pada ambang kehancuran. Perekonomian negeri kincir angin ini ambruk setelah sekian waktu mengalami kejayaan. Keadaan itu terjadi karena Belanda mendapat hantaman dari datangnya era industrialisasi sehingga harus menata kembali sistem ekonomi, sosial, dan politiknya. Dalam hal inilah Belanda kedodoran dibandingkan dengan negara-negara tetangganya, seperti Inggris dan Jerman.
Dalam situasi demikian, Belanda mulai melirik Indonesia (Jawa) dan ingin menarik sebanyak mungkin keuntungan dari wilayah jajahannya yang kaya itu (meer profijt uit te trekken). Jawa dapat disulap menjadi sumber yang kaya dengan produk- produk pertanian yang jika dijual di dunia akan memberikan keuntungan besar bagi kas negeri Belanda yang hampir kosong. Maka, diterapkan sistem kultuurstelsel (1829) di bawah Gubernur Van den Bosch. Ini adalah suatu bentuk pertanian yang diselenggarakan pemerintah (gouvermementslandbouw), di mana pemerintah mewajibkan dan memaksa para petani di Jawa untuk menanam tanaman tropis yang laku keras di pasar internasional.
Petani di Jawa, yang secara tradisional hanya bertanam padi, dipaksa menanam tanaman seperti kopi, gula, dan indigo. Perubahan yang dipaksakan itu kelak menimbulkan akibat serius, seperti terjadinya kelaparan di kalangan petani.
Dalam keadaan kepepet itu, kekuasaan negara menggandeng bisnis dan eksploitasi. Bagaimana nasib bangsa yang dieksploitasi itu tidak penting sebab yang lebih penting adalah negeri Belanda jangan bangkrut. Sistem tanam paksa itu berlangsung sukses dan uang pun mulai mengalir deras ke kas Belanda. Belanda menjadi amat bergantung pada sistem tanam paksa atau eksploitasi kekayaan Indonesia. Sistem kultuurstelsel menjadi satu-satunya sistem andalan yang menyelamatkan Belanda dari kebangkrutan. Pada saat itu terkenal tamsil, Jawa adalah gabus di atasnya Belanda mengapung (waardoor Java blijven kan de kurk waarop Nederland drijft).
Jadi, apabila Inggris mengalami revolusi industri dan semakin menjadi kekuatan ekonomi di Eropa, negeri Belanda mengalami keterpurukan. Namun, keberhasilan Inggris maupun Belanda, tidak bisa dilepaskan dari akumulasi modal. Dan, akumulasi modal pada fase inilah kemudian menjadi modal bagi transformasi imperialisme dari imperialisme negara-bangsa menjadi imperialisme korporasi. (berlanjut...)